MAKALAH GOLONGAN UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT

GOLONGAN UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Kimia semester I tahun ajaran 2013/2014 yang dibimbing oleh Amanatul Rohmah S.Pd.



Penyusun :
Adi Putra Wibisono
Herlan Herdiana
Mia Amelia
Nadia Yulianti
Riri Fazrianti
Syafira Rimadhani P
Yani Mulyani

XII IPA 3


SMAN 1 BATUJAJAR

JALAN SELACAU – BATUJAJAR



KATA PENGANTAR

Puji syukur kini kami panjatkan kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “GOLONGAN UNSUR TRANSISI PERIODE KEEMPAT”.

Laporan ini merupakan sarana untuk menginformasikan hasil pengamatan yang telah penulis lakukan dan disusun dengan tujuan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas.
  Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas ini di kemudian hari.
  Penulis berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.





DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi............................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan...................................................................................................... 1
1.1        Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2        Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3        Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1
1.4        Manfaat Penulisan................................................................................................ 1
BAB II Pembahasan..................................................................................................... 2
2.1       Landasan Teori...................................................................................................... 2
            2.1.1          Pengertian unsur transisi...................................................................... 2
2.2       Sifat-Sifat Fisis...................................................................................................... 3
2.3       Sifat-Sifat Kimia................................................................................................... 5
             2.3.1         Sifat Logam......................................................................................... 5
             2.3.2         Bilangan Oksidasi................................................................................ 6
             2.3.3         Sifat Magnet........................................................................................ 6
             2.3.4         Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna.......................................... 6
             2.3.5         Mempunyai Beberapa Tingkat Oksidasi.............................................. 7
             2.3.6         Membentuk Ion Kompleks.................................................................. 8
             2.3.7         Sebagai Katalisator.............................................................................. 8
2.4        Kegunaan Unsur Transisi...................................................................................... 9
             2.4.1         Skandium = SC................................................................................... 9
             2.4.2         Titanium = Ti....................................................................................... 9

2.4.3          Vanadium = V..................................................................................... 9
2.4.4           Kromium = Cr..................................................................................... 9
2.4.5           Mangan = Mn..................................................................................... 9
2.4.6           Besi = Fe............................................................................................. 9
2.4.7           Kobal = Co....................................................................................... 10
2.4.8           Nikel = Ni......................................................................................... 10
2.4.9           Tembaga = Cu................................................................................... 10
2.4.10         Seng = Zn......................................................................................... 10
2.5      Dampak Negatif Pengunaan Unsur Transisi......................................................... 10
            2.5.1            Limbah Fe........................................................................................ 10
            2.5.2            Cr dalam penyamakan kulit............................................................. 10
            2.5.3            Mn dalam pengelasan dan pembuatan baja..................................... 11
            2.5.4            Bahaya Cu....................................................................................... 11
BAB III Penutup.......................................................................................................... 12
3.1      Kesimpulan........................................................................................................... 12
3.2      Saran..................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka............................................................................................................ 13
Lampiran...................................................................................................................... 13


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Alam semesta ini kaya akan kandungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini, unsur-unsur kimia berjumlah sekitar 114 unsur yang dikelompokan berdasarkan kesamaan sifatnya ke dalam golongan A (golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Selain itu, unsur-unsur kimia dapat dikelompokan menjadi unsur logam, nonlogam, semilogam dan gas mulia.
Keberadaan unsur-unsur kimia di alam sangat melimpah.sumber unsur-unsur kimia terdapat di kerak bumi, dasar laut dan atmosfer baik dalam bentuk unsur bebas (Pt, Au,C, N2, O2 dan gas-gas mulia), senyawa maupun campurannya.
Sulit dibayangkan jika kita hidup tanpa adanya unsur kimia karena semua benda yang ada di alam ini mengandung unsur kimia. Tak bisa dipungkiri, selain memberikan manfaat, beberapa unsur kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Melalui makalah ini kami harapkan pembaca dapat memahami dan mengetahui kimia unsur lebih spesifik lagi.
1.2  Rumusan Masalah

1.    Apa sifat fisis unsur-unsur periode ke empat ?
2.    Apa sifat kimia unsur-unsur periode ke empat ?
3.    Apa saja kegunaan dari unsur golongan transisi ?
4.    Apa saja dampak negatif dari penggunaan unsur transisi ?
1.3  Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, penulis bertujuan melakukan suatu pengkajian dan pembahasan tentang :
1.    Dapat memahami sifat fisis unsur-unsur periode ke empat.
2.    Dapat memahami sifat kimia unsur-unsur periode ke empat.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar penulis dan pembaca dapat memahami sifat fisis unsur-unsur periode ke empat dan memahami sifat kimia unsur-unsur periode ke empat. Jadi pembaca tidak hanya menggunakan unsur-unsur tersebut saja.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
      2.1.1 Pengertian Unsur Transisi
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur  golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Skandium (Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi keberadaannya di alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara 5 ppm hingga 30 ppm. Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH)3 dan Na3ScF6.
 Titanium (Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak bumi. Titanium di alam dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO2) dan ilmenit (FeTiO3). Contohnya senyawa yang mengandung unsur Titanium TiCl4.
Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar 0,02 % massa. Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb3(VO4)2), patronit (V2S5), dan karnotit (K2(UO2)2(VO4)3H2O). Contoh senyawa yang mengandung unsur vanadium adalah V2O5 yang digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.
Kromium (Cr), terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu logam yang penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium ditemukan dalam mineral kromit (FeCr2O4).
Mangan (Mn), ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO2). Contoh senyawa yang mengandung unsur mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan sebagai zat pengoksidasi dalam analisi di labolatorium.
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4). Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah Fe(s) +  2 H+(aq) ——>  Fe2+(aq) +  H2(g). Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3 (coklat).
 Kobalt (Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni)9S8) dan gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2­). Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), dan calamine (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar kata-kata sepeti tembaga,besi, emas dan perak. Bagaimana posisi unsur-unsur tersebut dalam tabel periodik? Unsur-unsur tersebut terletak pada golongan transisi periode ke empat dan ke lima. Disini kami hanya menjelaskan tentang unsur-unsur transisi periode ke empat.

2.2 Sifat-Sifat Fisis

Sifat
Sc
Ti
V
Cr
Mn
Fe
Co
Ni
Cu
Zn
Nomor atom
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Massa atom relatif
44,96
47,90
50,94
51,99
54,94
55,85
58,93
58,71
63,54
65,38
Jari-jari atom (Ã…)
1,44
1,32
1,22
1,18
1,17
1,17
1,16
1,15
1,17
1,25
Titik didih (ºC)
2.831
3.287
3.380
2.672
1.962
2.750
2.870
2.732
2.567
907
Titik leleh (ºC)
1.541
1.660
1.890
1.857
1.244
1.535
1.495
1.453
1.083
420
Rapatan (g/cm3)
3,0
4,5
6,0
7,2
7,2
7,9
8,9
8,9
8,9
7,1
Energi ionisasi (kJ/mol)
631
658
650
652
717
759
758
737
745
906
Keelektronegatifan
1,3
1,5
1,6
1,6
1,5
1,8
1,8
1,8
1,9
1,6
Kekerasan (skala Mohs)
-
-
-
9
5
4,5
-
-
3
2,5
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur  golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama, tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat signifikan dalam satu periode
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi periode keempat mudah teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Keempat
Unsur
Nomor Atom
Konfigurasi Elektron
Orbital
3d
4s
Skandium (Sc)
21
(Ar) 3d1 4s2
á
áâ
Titanium (Ti)
22
(Ar) 3d2 4s2
á
á
áâ
Vanadium (V)
23
(Ar) 3d3 4s2
á
á
á
áâ
Krom (Cr)
24
(Ar) 3d5 4s1
á
á
á
á
á
á
Mangan (Mn)
25
(Ar) 3d5 4s2
á
á
á
á
á
áâ
Besi (Fe)
26
(Ar) 3d6 4s2
áâ
á
á
á
á
áâ
Kobalt (Co)
27
(Ar) 3d7 4s2
áâ
áâ
á
á
á
áâ
Nikel (Ni)
28
(Ar) 3d8 4s2
áâ
áâ
áâ
á
á
áâ
Tembaga (Cu)
29
(Ar) 3d10 4s1
áâ
áâ
áâ
áâ
áâ
á
Seng (Zn)
30
(Ar) 3d10 4s2
áâ
áâ
áâ
áâ
áâ
áâ
Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya dengan konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal ini berkenaan dengan kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh, bahkan 1/2 penuh pun lebih stabil daripada orbital lain.
2.3 Sifat-Sifat Kimia
2.3.1 Sifat Logam
          Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relatif rendah (kecuali seng yang agak tinggi), sehingga mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya relatif tinggi (kecuali Zn yang membentuk TD dan TL relatif rendah). Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsur transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen) disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga titik lelehnya rendah.
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu disebabkan semua unsur transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari 1.000 kJ mol-1 dan keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.

2.3.2 Bilangan Oksidasi
Senyawa- senyawa unsur transisi alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu. Adanya biloks lebih dari satu ini karena mudahnya melepaskan elektron valensinya. dengan demikian energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya relatif lebih kecil daripada golongan utama.


NOMOR ATOM
LAMBANG UNSUR
KONFIGURASI ELEKTRON
NOMOR GOLONGAN PADA TABEL PERIODIK
21
Sc
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2
III B
22
Ti
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d2 4s2
IV B
23
V
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d3 4s2
V B
24
Cr
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s1
VI B
25
Mn
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2
VII B
26
Fe
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2
VIII B
27
Co
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d7 4s2
VIII B
28
Ni
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d8 4s2
VIII B
29
Cu
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1
I B
30
Zn
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2
II B

2.3.3 Sifat Magnet

Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan magnet). Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetiknya. Pada seng dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet).

2.3.4 Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna

Senyawa unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga berkaitan dengan adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan elektron yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyaa logam transisi.
Senyawa dari Sc3+  dan Ti4+  tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga tidak terjadi peralihan elektron.

Warna Senyawa Logam Transisi dengan Berbagai Bilangan Oksidasi

Unsur
+1
+2
+3
+4
+5
+6
+7
Sc
-
-
Tb
-
-
-
-
Ti
-
-
ungu
Tb
-
-
-
V
-
Ungu
Hijau
biru
Merah
-
-
Cr
-
Biru
Hijau
-
-
Jingga
-
Mn
-
Merah muda
Coklat
Coklat tua
Biru
Hijau
Ungu
Fe
-
Hijau
Kuning
-
-
-
-
Co
-
Merah muda
Ungu
-
-
-
-
Ni
-
Hijau
-
-
-
-
-
Cu
Tb
Biru
-
-
-
-
-
Zn
-
Tb
-
-
-


2.3.5 Mempunyai Beberapa Tingkat Oksidasi                       

Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan oksidasi yang dapat dicapai kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang mengikat logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air. Kestabilan bilangan oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan senyawa dengan oksoaniaon, fluoride, dan oksofluorida.

Tabel Tingkatan Oksidasi Golongan Transisi

Unsur
Tingkat Oksidasi
Tingkat Oksidasi yang Stabil
Sc
+3
+3
Ti
+2,+3,+4
+4
V
+2,+3,+4,+5
+5
Cr
+2,+3,+4,+5,+6
+3,+6
Mn
+2,+3,+4,+5,+6,+7
+2,+4,+7
Fe
+2,+3
+2,+3
Co
+2,+3
+2,+3
Ni
+2
+2
Cu
+1,+2
+1,+2
Zn
+2
+2




2.3.6 Membentuk Ion Kompleks
Ion kompleks adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion logam transisi) yang meningkat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya, kation itu disebut ion pusat dan anion atau molekul netral yang terikat pada ion pusat disebut ligan. Pada ion kompleks [Cu(Cn)4]2- dan [Fe(H2O)6]2+,  Cu2+ dan Fe2+ adalah ion pusat, sedangkan Cn- dan H2O adalah ligan.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ligan atau jumlah atom donor yang terkait pada ion pusat. Bilangan koordinasi ion Cu2+ pada [Cu(Cn)4]2- adalah 4 dan bilangan koordinasi ion Fe2+ pada [Fe(H2O)6]2+ adalah 6.
Ligan adalah spesi yang memiiliki atom yang dapat menjadi donor sepasang elektron pada ion pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion pusat sebagai asam Leuwis. Ligan dapat berupa ion monoatomik (tapi bukan atom netral), seperti ion halida ; berupa anion, seperti CN- dan NO2- ,berupa molekul sederhana, seperti NH3 dan H2O ; berupa molekul kompleks ; seperti piridin (C5H5N).

Ion kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+         = Diamin Perak (I)
[Cu(NH3)4]2+          = Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+          = Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+          = Heksa amin Kobal (III)
[Cu(H2O)4]2+        = Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+        = Heksa Aquo Kobal (III)
Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+  →   atom pusat  : Cr3+
Ligan : NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom (III)
    
Ion kompleks negatif :
[Ni(CN)4]2-         = Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3-         = Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4-         = Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4-        = Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3-            = Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh : [Ni(CN)4]2-  →   atom pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama ionnya  = tetrasiano nikelat (II)
                                                                                           

2.3.7 Sebagai Katalisator

Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk menjadi katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat reaksi. Di dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase yang berperan dalam mengoksidasi makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion Cu2+. Beberapa logam transisi atau senyawanya telah digunakan secara komersial sebagai katalis pada proses industry seperti TiCl3 (Polimerasasi alkena pada pembuatan plastic), V2O5(proses kontak pada pembuatan margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada pembuatan formalin).

2.4 Kegunaan Unsur Transisi

2.4.1 Skandium = SC

a. Untuk menghasilkan cahaya berintesitas tinggi
b. Radioaktifnya sebagai perunut pada pemurnian minyak bumi
c. Senyawanya sebagai aditif lampu uap-Hg dan transmisi TV warna

2.4.2  Titanium = Ti

a.  Komponen penting logam paduan untuk pesawat, peluru kendali
b.  Karena ketahanannya terhadap air laut maka digunakan juga untuk pembuatan peralatan kapal yang langsung bersentuhan dengan laut, seperti kipas body kapal dan sebagainya.

2.4.3 Vanadium = V

a . Reactor nuklir
b.  Pembuatan baja tahan karat, untuk per, serta peralatan kecepatan tinggi
c.  Oksidanya (V2O5) untuk keramik dan katalisator.

2.4.4 Kromium = Cr

a. Paduan logam untuk pembuatan baja.
b. Pewarna logam dan gelas
c. Sebagai katalisator
           
2.4.5 Mangan = Mn

a. Komponen penting paduan logam, karena sifatnya keras, kuat,dan ketahanannya tinggi
b. Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c. KMnO4 sebagai oksidator kuat dalam bidang kesehatan


2.4.6 Besi = Fe

a. Sebagai logam utama pada pembuatan baja
b. Besi dengan paduannya digunakan untuk pembuatan rel, tulangan beton.
c. Digunakan untuk berbagai peralatan dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.7 Kobal = Co

a. Karena keras, tahan karat dan penampilannya menarik maka sering digunakan untuk menyepuh logam lain
b. Pewarna biru pada porselen, kaca, genting
c. Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang kesehatan

2.4.8 Nikel = Ni

a.  Paduan logam baja dan logam lain
b.  Pelapis permukaan logam
c.  Sebagai katalisator
d.  Pewarna hijau pada keramik/porselen
e.  Komponen pada baterai

2.4.9 Tembaga = Cu

a.  Peralatan kelistrikan, sebagai rangkian dan kawat kabel.
b.  Logam paduan pada kuningan dan perunggu

2.4.10 Seng = Zn

a.  Komponen paduan pada huruf mesin cetak
b.  Sebagai logam patri
c.  ZnO untuk industry cat, kosmetik, farmasi, tekstil.
d.  Zns untuk sinar X dan layar TV.

2.5 Dampak Negatif Penggunaan Unsur Transisi
       2.5.1 Limbah Fe
Pada pengolahan logam besi, jika limbahnya dibuang ke sungai dapat menyebabkan pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam air sehingga akan mengganggu pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.

2.5.2 Cr dalam penyamakan kulit

Krom digunakan dalam penyamakan kulit untuk mencegah mengerutnya bahan sewaktu pencucian. Krom ini sangat beracun dan menyebabkan kanker.




2.5.3 Mn dalam pengelasan dan pembuatan baja
Pada pengelasan dan pembuatan baja dengan logam Mn akan dihasilkan suatu asap dalam jumlah yang banyak. Asap ini bersifat racun dan dapat mengganggu sistem saraf pusat.

2.5.4 Cu
Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung logam Cu. Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan organisme-organisme di perairan tersebut.





















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

Beberapa sifat logam:
·   Sifat logam sangat keras, tahan panas, elektropositif, dan penghantar listrik yang baik. Pengecualian untuk Cu merupakan logam yang lembut dan elastis. Banyak di antaranya dapat membentuk ion – ion berwarna yang berubah – ubah   menurut keadaan bilangan oksidasinya :
1.    Mempunyai bilangan oksidasi yang harganya 0 atau positif.
2.    Dapat membentuk senyawa kompleks.

·   Memiliki elektron tidak berpasangan yang mengakibatkan titik didih atau titik leleh  tinggi, bersifat paramagnetik,berwarna dan bersifat katalis.
     Kegunaan unsure-unsur periode keempat :
a.  Skandium digunakan pada lampu intensitas tinggi
b.  Titanium digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia.
c.  Vanadium digunakan untuk membuat per mobil dan sebagai katalis pembuatan belerang.
d.  Kromium digunakan untuk bahan pembuatan baja, nikrom, stanless steel.
e.  Mangan digunakan untuk bahan pembuatan baja, manganin dalam pembuatan alat-alat listrik dan sebagai alloy mangan-besi atau ferromanganese.
f.  Besi digunakan untuk pembuatan baja, perangkat elektronik, memori komputer, dan pita rekaman.
g.  Kobalt digunakan untuk membuat aliansi (paduan logam)
h.  Nikel digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat dan paduan logam
i.   Tembaga digunakan untuk kabel – kabel, pipi – pipa, kaleng makanan dan untuk alat-alat elektronik.
j.   Seng digunakan sebagai logam pelapis antikarat, paduan logam, pembuatan bahan cat putih, dan antioksidan dalam pembuatan ban mobil.

3.2 Saran
  Manfaatkanlah unsur transisi periode keempat yang ada di bumi dengan sebaik-baiknya dan tidak berlebihan karena dapat menimbulkan dampak negatif juga serta jangan disalahgunakan dalam penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Muchtaridi.Sandri Justiana.2007.Kimia Tiga.Yudistira.Jakarta.
vinaarifitriyanti.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-unsur-transisi-periode.html?m=1
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/08/kelimpahan-pembuatan-kegunaan-unsur-transisi-dampak-negatif-bahaya.html





Comments